Rabu, 22 September 2010

PENYAKIT LELE (Clarias. sp)

Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut.Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak banyak diserang hama.

Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

Jenis hama/penyakit

1. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla

Bentuk bakteri ini seperti batang dengan cambuk yang terletak di ujung batang, dan cambuk ini digunakan untuk bergerak. Ukurannya 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron.

Gejala: lele yang terkena bakteri ini: warna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan. Lele bernafas megap-megap di permukaan air.

Pencegahan: lingkungan harus tetap bersih, termasuk kualitas air harus baik.

Pengobatan: melalui makanan antara lain pakan dicampur Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut atau dengan Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3-4 hari.

2. Penyakit tuberculosis yang disebabkan bakteri Mycobacterium fortoitum

Gejalanya: tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip.

Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam.

Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5-7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5-15 hari.

3. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.

Penyebab: jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah.

Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.

Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5-3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1-0,2 ppm selama 1 jam atau 5-10 ppm selama 15 menit.

4. Penyakit bintik putih dan gatal (Trichodiniasis)

Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis.

Gejala:

(1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air;

(2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang;

(3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.

Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.

Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12-24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari

5. Penyakit cacing Trematoda

Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip.

Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.

Pengendalian:

(1) direndam formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit;

(2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam;

(3) menyelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ±30 menit;

(4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit;

(5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ±10 menit.

6. Parasit Hirudinae

Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.

Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah.

Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.

Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :

1. Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang suhunya lebih dingin.

2. Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.

3. Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.

4. Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.

Sumber : http://www.pustakatani.org/InfoTeknologi

PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA LELE SANGKURIANG


Sama seperti ikan lainnya, lele sangkuriang tidak terlepas dari ancaman hama dan penyakit. Penyakit yang menyerang lele sangkuriang umumnya disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang mendukung, misalnya kualitas air (terutama suhu) di bawah standar atau akibat stres karena penanganan yang salah sehingga ikan sakit. Sementara itu, hama yang biasa menyerang lele sangkuriang antara lain ular dan belut, sedangkan organisme patogen yang menyerang berupa Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp., dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan masuknya bibit hama dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air kolam, membersihkan pematang kolam, dan memasang plastik di sekeliling kolam. Penanggulangan organisme patogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budi daya yang baik serta pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan. pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam secara baik. Jika perlu memperbaiki kondisi air kolam dengan menambahkan bahan probiotik.

Pengobatan ikan yang suclah terserang penyakit dapat dilakukan dengan memberikan obat yang sesuai dengan jenis penvakitnya. Adakalanya, penyakit yang menyerang akan menular. Untuk mencegah hal ini, ada beberapa langkah langkah penyelamatan yang dapat dilakukan sebagai berikut. :


- Segera menangkap dan memusnahkan ikan yang terserang penyakit.
- Segera memindahkan ikan yang kondisinya masih sehat ke kolam lain dan mendesinfeksinya. Mengurangi padat penebaran.
- Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
- Keringkan kolam yang telah terjangkit penyakit, lalu bersihkan dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organic. Setelah itu Lakukan pengapuran menggunakan kapur pertanian (CaO) dengan dosis 1 kg/5 m2. Pengeringan dilakukan sampai dasar kolam retak¬-retak dan penebaran kapur dilakukan secara merata, termasuk di bagian tanggul.
- Lakukan pengisian air baru ke dalam kolam secara periodik.
- Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Begitu juga dengan tangan kita, harus didesinfeksi dengan mencucinya di dalam larutan PK. Desinfeksi alat dilakukan dengan mencelupkan ke dalam larutan kalium permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
- Berikan pakan yang bergizi tinggi dan tingkatkan daya tahan tubuh ikan dengan memberikan vitamin.

Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. Agromedia Pustaka, 2008

SEJARAH PERKEMBANGAN PROFESI DOKTER HEWAN







SEJARAH PERKEMBANGAN PROFESI DOKTER HEWAN

PERKEMBANGAN DUNIA KEDOKTERAN HEWAN SEJARAH PENGOBATAN
Rudolf Vicrhow & William Osler (1978) : One Medicine (satu pengertian pengobatan). Comparative Medicine (pengobatan perbandingan) : Pengobatan kombinasi antara pengobatan manusia dan pengobatan hewan.

Medik veteriner
Ilmu tentang hewan dan penyakitnya (manusia termasuk di dalamnya)
Hakekatnya: Kedokteran Hewan maupun manusia merupakan bagian batang tubuh ilmu pengetahuan biomedis yang kemanfaatannya diaplikasikan untuk manusia dan hewan

Perkembangan ilmu pengobatan
Jaman Kuno : penyakit selalu dikaitkan dengan ketahayulan, mithologi, ilmu gaib dan agama
Para penyembuh (pd wkt itu) berpredikat “Pendeta Penyembuh”
Aesculapius dr kt. “Asklepios” (As=Ular, Klepios=melingkar di tongkat)
Aesculapius putra dewa Apollo murid dr Dewa Chiron (Centaur) digambarkan sbg manusia membawa tongkat dilingkari ular, tangan yg lain menggenggam tanaman berkasiat (simbol kefarmasian)

Pada 1000 SM pengobatan selalu dikaitkan dgn Supranatural
Dunia mengakui bhw ilmu kedokteran berakar dr Yunani kuno selain itu jg dari belahan bumi lain spt dirintis oleh bapak ilmu kedokteran Imohotep di Mesir
Perkembangan Pengobatan dari Tradisional menjadi Kedokteran Modern
Diawali dgn berbagai tradisi :
1. Tradisi Pendeta (priest-physican)
2. Tradisi ahli penyembuhan dgn kreativitas keterampilan manusia (artisan-physician)
3. Tradisi keilmuan penyembuh (scientist-physician)

Penganut Hippocrates : penyakit dlm tubuh didasarkan atas keseimbangan 4 cairan tubuh (humoral) > sbg landasan kedokteran s/d pertengahan abad 19 > Pemahaman dasar fisiologi sel dan teori mikroorganisme = ciri Kedokteran Modern
Perkembangan Ilmu Kedokteran manusia bersamaan dgn lahirnya ilmu2 kedokteran hewan

Kedokteran adalah PROFESI
Profesi dr bhs latin Profesio > Pengakuan thd suatu keahlian khusus yg memerlukan penjamian agar pengguna jasa tidak dirugikan
SEJARAH PERKEMBANGAN DOKTER HEWAN di INDONESIA
Zaman kuno > yg menangani kes.hewan selalu dihub.dgn “KUDA”
Zaman kerajaan Mojopahit > PEKATIK (yg merawat kuda)
Zaman Romawi dikenal Ferrier (pandai besi)
Sekolah Kedokteran Hewan atau “Ecole Veterinair”yang pertama di dunia di Lyon Perancis tahun 1761, yg kedua juga diperancis tahun 1766

Di Amerika yang pertama “ Devision of Veterinary Medicine of IOWA State Colledge of Agriculture and Mechanic Art” tahun 1879
Di Indonesia yang pertama “Indische Veeartzen School” (IVS) di Bogor tahun 1906
Tahun 1910 ditetapkan sebagai dimulainya kiprah Dokter Hewan pribumi di Indonesia
Sebelumnya dokter hewan yang berkiprah adalah dokter hewan militer dan kolonial belanda
Kiprah para dokter hewan karena wabah penyakit hewan spt surrah, anthrax SE, Rinderpest dan AE

Pendidikan Dokter Hewan di Surabaya tahun 1861 hanya 6 tahun
Sekolah Dokter hewan pertama di Indonesia didirikan tahun 1906 (dari MULO=SMP) tahun 1914 Nederlands-Indische Veeartzen School (dari HBS=SMA)
Setelah kemerdekaan Faculteit Kedokteran Hewan Universiteit Indonesia tahun 1946 menjadi Fak.Kedokteran Hewan IPB, tahun 1948 UGM

Tahun 1960 Universitas Syiah Kuala, Aceh, tahun 1972 (1970) Universitas Airlangga, tahun 1997 Universitas Udayana, tahun 2008 Universitas Brawijaya dan Universitas Wijayakusuma Surabaya